Tabungan Amal Menurun? Ini Beberapa Hal Yang Bisa Dilakukan Pengurus Masjid Untuk Tutupi Biaya Operasional

beberapa hal yang bisa dilakukan pengurus masjid untuk mencukupi biaya operasional masjid

Ceritaci - 
Beberapa saat yang lalu saya sempat menulis tentang fenomena menurunnya tabungan amal di sejumlah masjid di Banda Aceh. Pertanyaan yang muncul waktu itu: apakah jamaah mulai lupa berinfak, atau memang kondisi ekonomi sedang tidak ramah?

Tapi kalau kita terus berhenti di pertanyaan itu, masjid bisa kelabakan. Sebab, mau bagaimana pun, biaya listrik, air, kebersihan, honor marbot, hingga program kegiatan tetap berjalan. Maka, mau tidak mau, masjid perlu memikirkan langkah-langkah praktis untuk menutup biaya operasional ketika infak jamaah tidak lagi sebesar dulu.

1. Menguatkan Transparansi dan Laporan Keuangan

Jamaah akan lebih semangat berinfak kalau mereka tahu uang itu benar-benar digunakan dengan baik. Laporan keuangan yang ditempel setiap bulan jangan hanya formalitas angka-angka, tapi bisa juga disertai catatan: listrik berapa, honor imam berapa, kegiatan anak-anak berapa. Semakin jelas, semakin tinggi pula kepercayaan jamaah untuk terus memberi.

2. Mengaktifkan Kotak Amal Kreatif

Kotak amal bisa diperbanyak di titik-titik strategis: parkiran, serambi, bahkan warung kopi sekitar masjid (tentu dengan izin). Ada juga masjid yang sudah mulai pakai QRIS, jadi jamaah cukup scan pakai HP. Cara-cara ini mungkin terlihat sederhana, tapi bisa menambah aliran infak harian.

3. Membentuk Dana Abadi Masjid

Beberapa masjid besar di kota lain sudah memulai “dana abadi” dengan cara menginvestasikan sebagian tabungan. Misalnya ditaruh di deposito syariah atau usaha kecil yang halal. Hasil bagi hasinya bisa dipakai menutup biaya listrik dan kebersihan. Banda Aceh juga sebenarnya bisa mencoba pola ini, tentu dengan pengelolaan yang profesional dan amanah.

4. Menggalakkan Infak Mingguan atau Bulanan

Bagaimana kalau dibuat program “infak rutin”? Misalnya, jamaah bisa daftar autodebet Rp50.000 per bulan lewat rekening masjid. Jumlahnya tidak besar, tapi kalau seratus orang ikut, sudah ada Rp5 juta per bulan yang stabil masuk kas.

5. Menghubungkan Masjid dengan Donatur Tetap

Masjid bisa menjalin silaturahmi dengan alumni pengajian, tokoh masyarakat, atau pengusaha sekitar. Bukan berarti meminta-minta, tapi lebih ke arah membuka ruang partisipasi. Terkadang, orang ingin memberi tapi tidak tahu lewat saluran mana.

6. Mengoptimalkan Pemanfaatan Fasilitas Masjid

Beberapa masjid punya aula atau ruangan serbaguna. Kalau digunakan untuk kegiatan sosial atau pelatihan (dengan tetap menjaga kesakralan), masjid bisa menerima donasi sukarela dari penyelenggara.

7. Memanfaatkan Aset Masjid secara Produktif

Banyak masjid di Banda Aceh yang sebenarnya memiliki aset tambahan seperti tanah wakaf, ruko di pinggir jalan, rumah sewa, atau lahan kosong. Selama ini, aset itu kadang dibiarkan begitu saja atau hanya dipakai sesekali. Padahal, jika dikelola dengan baik, aset tersebut bisa menjadi sumber pemasukan tetap bagi masjid. Misalnya:

  • Tanah wakaf yang luas bisa dijadikan kebun produktif atau disewakan untuk parkir.

  • Ruko atau rumah sewa bisa dipakai untuk usaha halal yang hasilnya masuk ke kas masjid.

  • Kerja sama dengan lembaga luar (seperti BUMG, koperasi syariah, atau NGO) juga bisa membuka peluang usaha sosial-ekonomi yang tetap berpihak pada jamaah.


Pada akhirnya, menurunnya tabungan amal bukan alasan untuk pesimis. Justru di situ ada peluang untuk berinovasi. Masjid tidak boleh hanya bergantung pada “kotak amal lewat saf”. Perlu strategi yang lebih kreatif, tetap syariah, dan tentu saja melibatkan partisipasi jamaah.

Karena bagaimana pun, masjid adalah rumah kita bersama. Kalau rumah ini nyaman, bersih, dan hidup dengan kegiatan, kita semua yang merasakan manfaatnya.

🕌 Jadwal Shalat

Banda Aceh
    hasanusimuhammad.com
    🔥 TERBAIK

    2 Postingan Pilihan

    dari hasanusimuhammad.com (acak tiap refresh)